Jumat, 22 November 2013

Bagaimana Ponsel Presiden SBY Bisa Disadap?

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………1
            I.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………………...1
            I.2 Rumusan  Masalah…………………………………………………………………1
            I.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….....2
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….4
            III.1 Simpulan…………………………………………………………………………..4
            III.2 Saran………………………………………………………………………………4

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..5

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang mengikuti zaman yang semakin maju, Bangsa Indonesia merupakan salah satu Negara yang tidak kalah mengikuti perkembangan teknologi yang semakin pesat diberbagai dunia. Namun semakin pesat dan semakin canggihnya teknologi pada zaman saat ini, semakin mudah juga para oknum suatu Negara dapat menyisipkan suatu perangkat teknologi kedalam perangkat teknologi Negara lain. Dalam makalah yang berjudul “ Bagaimana Ponsel Presiden SBY Bisa Disadap?” berikut, dijelaskan bahwa Australia yang telah menyadap ponsel Presiden di negeri tercinta ini. Sampai sejauh itu kah aksi dari oknum Negara yang sering disebut Negara kanguru tersebut? Apa motif yang menjadi dasar dari kejahatan tersebut?, dalam makalah ini akan dibahas secara ringan tentang judul makalah tersebut.   

I.2 Rumusan  Masalah
           
            Sesuai dengan judul makalah “Bagaimana Ponsel Presiden SBY Bisa Disadap?”, maka masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1.      Bagaimana terjadinya suatu penyadapan.
2.      Siapa yang telah melakukan perbuatan tersebut.
3.      Apa langkah yang dilakukan, untuk menyelesaikan masalah tersebut.

I.3 Tujuan Penulisan

            Sesuai dengan judul makalah “Bagaimana Ponsel Presiden SBY Bisa Disadap?”, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1.      Ingin menjelaskan terjadinya suatu penyadapan.
2.      Ingin memaparkan siapa yang telah melakukan penyadapan.
3.      Ingin membeberkan langkah yang akan diambil untuk menyelesaikan masalah.


BAB II PEMBAHASAN

Bagaimana Ponsel Presiden SBY Bisa Disadap?
Susetyo Dwi Prihadi - detikinet
Kamis, 21/11/2013 16:18 WIB

Jakarta - Banyak cara dilakukan untuk bisa menyadap akses telekomunikasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan sejumlah menteri oleh Australia. 

Menurut Menkominfo Tifatul Sembiring, akses penyadapan yang bikin kesal warga Indonesia itu salah satunya bisa dilakukan dengan cara menanam sebuah chip khusus dari sisi perangkat.

"Dari Kominfo sudah barang tentu seluruh peralatan sudah diserifikasi, tapi kan ini operator dulu. Memang ponsel ada kemungkinan ditanam handset, tapi tidak semua produk ditanam chip itu," kata Tifatul, di Gedung Kominfo, Jakarta, Kamis (21/11/2013).

Secara khusus, Tifatul juga meminta klarifikasi kepada para operator yang disebut terlibat menurut Edward Snowden, mantan agen NSA yang menjadi whistle blower dari isu penyadapan ini. Dari klarifikasi yang dilakukan kemudian diambil langkah evaluasi.

Menkominfo juga meminta kepada operator untuk memeriksa adanya kemungkinan penyusup swasta ilegal. Karena bukan tidak mungkin, ada oknum-oknum penyadapan ilegal, di luar kekuasaan operator tadi.

"Bisa jadi pegawai, bisa pegawai teknis. Mereka perlu melakukan audit perangkat lunak apakah adabackdoor, atau botnet di dalamnya," ujar menteri dari Partai Keadilan Sejahtera tersebut.

Sesuai 7 instruksi yang dilakukan oleh Tifatul, operator diminta untuk tetap menjaga dan mengevaluasi oustsourcing swasta yang bekerjasama dengan operator.
Seperti diketahui, dokumen intelijen yang bocor berwujud slide presentasi dan berlabel 'top secret' menyebut adanya upaya penyadapan dilakukan empat tahun lalu terhadap para petinggi di Indonesia. Slide lainnya berjudul 'IA Leadership Targets + Handsets' dan berisi daftar nama pejabat tinggi Indonesia yang menjadi target, lengkap dengan tipe telepon genggam yang digunakan saat itu.

Nama pertama adalah Presiden SBY yang disebut menggunakan telepon genggam merek Nokia jenis E90-1 pada tahun 2009. Di bawahnya ada nama Ibu Ani Yudhoyono yang ditulis dengan nama asli Kristiani Herawati, yang menggunakan jenis ponsel yang sama dengan SBY.


Di bawah keduanya ada nama Wakil Presiden Boediono dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Boediono ditulis menggunakan Blackberry Bold 9000, sedangkan JK ditulis menggunakan Samsung SGH-Z370.

Nama-nama pejabat lainnya yang juga menjadi target, antara lain Dino Patti Djalal yang saat itu masih menjadi juru bicara presiden urusan luar negeri, Andi Malarangeng yang saat itu menjadi juru bicara presiden, Hatta Rajasa yang saat itu menjabat Mensesneg, Sri Mulyani Indrawati yang saat itu menjabat Menkeu, Widodo Adi Sucipto yang saat itu menjabat Menko Polhukam dan Sofyan Djalil yang saat itu menjabat Menteri BUMN.

BAB III PENUTUP
III.1 Simpulan

            Dari tulisan yang terdapat pada artikel tersebut, dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pengamatan penulis, diantaranya :

1.      Penyadapan telah membuat kesal para masyarakat Indonesia, penyadapan tersebut salah satunya direkayasa melalui suatu chip yang ditanam pada gadget yang telah diproduksi.

2.      Mantan agen NSA Edward Snowden, adalah yang menjadi Whistle Blower dalam penyadapan ini.

3.      Adanya oknum-oknum yang terlibat, dan meng audit perangkat lunak dengan cara backdoor maupun botnet, menurut Tifatul Sembiring.

4.      Terdapat berbagai nama mentri yang juga terkena dampak sadap dari Australia, diantaranya Presiden beserta Ibu Negara, wakil Presiden Boediono, mantan wakil Presiden Jusuf Kalla, Dino Patti Djalal sebagai Jubir Presiden urusan luar negri saat itu, Andi Malarangeng sebagai Jubir Presiden saat itu, Hatta Radjasa sebagai Mensesneg saat itu, Sri Mulyani Indrawati sebagai Menkeu saat itu.

III.2 Saran
           
            Pemerintah hendaknya menanggapi serius soal penyadapan ini, dikarenakan jika dianggap sepele keutuhan Negara ini akan terancam. Dikarenakan Negara tentangga akan mengetahui hal apa saja yang akan dilakukan oleh Bangsa ini kedepannya. Dikhawatirkan Negara lain akan mencoba untuk melakukan berbagai pendekan untuk merusak strategi yang akan di bangun Indonesia dalam memajukan Bangsanya.

Daftar Pustaka

Minggu, 10 November 2013

Resensi Indonesia Juara ke-3 Kompetisi Hacking Dunia

1.      Data Publikasi
a.       Judul Artikel         : Indonesia Juara Ke – 3 Kompetisi Hacking Dunia
b.      Penulis                   : Ardhi Suryadhi
c.       Penerbit                 : detikinet
d.      Tanggal                 : Jumat, 18/10/2013 18:06 WIB
e.       Tema                     : Security Internet

f.       Halaman                : 1/1

1.      Ringkasan
Capture The Flag merupakan bagian dari konfrensi tahunan Hack In The Box(HITB). Acara digelar 16 – 17 Oktober 2013 adalah kompetisi Hacking Internasional diikuti oleh 10 tim dari 7 negara. Negara yang mengikuti kompetisi ini diantara: Korea, Jepang, Belanda, Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia.

1.      Keunggulan
Terdapat beberapa segi keistemewaan pada artikel ini, salah satunya bahasa yang dipergunakan sangat atraktif. Atraktif dalam artian penulis mengajak para pembaca seperti saling berinteraksi karena penulis menggunakan bahasa komunikatif. Kata-kata yang digunakan pun tidak terlalu berat dan kaku.

1.      Kelemahan
Terdapat beberapa kelemahan dari artikel tersebut, diantaranya penggunaan bahasa inggris yaitu Capture The Flag, Hack In The Box. Disini saya sebagai perevisi artikel tersebut, kurang memahami magsud dari kalimat tersebut. Kata-kata tersebut ditujukan untuk suatu julukan apa ada arti lain yang merujuk tentang kegiatan tertentu dalam artikel tersebut. Selain itu ada kata eksploitasi, reverse engineering, kriptografi, dan forensik. Mungkin kata-kata berikut ditujukan untuk suatu julukan bagi kompetisi tersebut, namun perevisi kurang begitu mengerti dan memahami tentang kata-kata tersebut.

1.      Saran
Isi dari artikel ini cukup menarik, karena menggunakan kata-kata yang tidak monoton. Tetapi ada baiknya jika kata-kata yang mungkin menurut sebagian orang awan sulit untuk memahami kata-kata tersebut. Selebihnya artikel yang dituliskan oleh penulis sudah cukup baik untuk diposting pada media elektronik.

1.      Lampiran
Dalam revisi kali ini, saya mengambil pada media elektronik yang lebih tepatnya media internet. Dengan bantuan Search Engine Goggle lalu saya mengetikan keyword http://inet.detik.com, lalu saya langsung tertuju pada sebuah artikel yang saya revisi ini. Disini saya akan menyertakan sebuah PrintScreen sebagai tanda bukti keasliannya sebuah artikel yang saya revisi.

Keaslian Artikel Pada Website


Sumber :

Jumat, 18 Oktober 2013

Menganalisa Tulisan Bahasa Indonesia

Sukabumi merupakan daerah perkebunan yang menguntungkan dan dapat dijadikan
sebagai benteng pertahanan yang baik bagi Belanda/NICA. Oleh karena itu,
para pejuang Sukabumi berusaha mempertahankan Sukabumi dengan sekuat tenaga
agar tidak jatuh ke tangan Belanda. Komandan Resimen III, Letkol Edi Sukardi
memberikan instruksi untuk berdislokasi pasukan, yaitu batalyon yang
berkedudukan di kota Sukabumi dipindahkan ke luar kota atas dasar strategis
dan teknis pertempuran.

Pertempuran pertama antara tentara Sekutu dengan para pejuang Sukabumi
terjadi di daerah Gekbrong. Pertempuran terjadi karena adanya serangan para
pejuang Sukabumi terhadap konvoi Sekutu/NICA yang menuju Bandung. Akibat
serangan itu, tentara Sekutu dan NICA kembali datang ke Sukabumi dengan
konvoi besar sebanyak kurang lebih 100 truk(Badan Pengelola Monumen Pa-lagan
Perjuangan 1945, 1986: 15).

TKR dan laskar rakyat yang mengetahui akan kedatangan tentara Sekutu,
berkumpul di daerah Gekbrong sekitar 10.000 orang. Pada pukul satu siang di
daerah Pancuran Luhur (tidak jauh dari Gekbrong) terjadi pertempuran sengit
antara pejuang Sukabumi melawan tentara Sekutu. Pertempuran berlangsung
sampai pukul 17.00 sore. Akibat perbedaan senjata menyebabkan para pejuang
Sukabumi tidak dapat menahan serangan Sekutu. Untuk meng-hindari korban yang
lebih banyak, TRI dan laskar rakyat mundur dan membiarkan tentara Sekutu
me-lanjutkan perjalanan ke arah Bogor(wawancara dengan Mohtar K, tanggal 12
Juni 1997).

Pertempuran terus merembet ke daerah lain. Pada tanggal 2 Desember 1945
mulai terjadi pertempuran di daerah Bojong Kokosan. Pada tanggal 9 Desember
1945, para pejuang Sukabumi melakukan penghadangan terhadap konvoi tentara
Sekutu sehingga terjadi pertempuran yang dasyat. Pertempuran ini dikenal
sebagai Peristiwa Bojong Kokosan, yang menimbulkan korban yang banyak
dikedua belah pihak.

Peristiwa di atas terjadi, berawal dari adanya berita yang diterima para
pejuang Sukabumi di Pos Cigombong, bahwa tentara Sekutu sedang menuju
Sukabumi. Mendengar berita tersebut, Kompi III yang dipimpin Kapten Murad
dan kepala seksi I dan seksi II serta laskar rakyat Sukabumi berusaha
menduduki tempat pertahanan di pinggir (tebing) utara dan selatan Jalan Bojong Kokosan.

Barisan TKR yang ikut terlibat dalam peristiwa Bojong Kokosan diperkuat 165
orang yang bersenjata senapan Ediston/ Hamburg, Bou-man/Double Loap, Pistol
Parabelm, granat tangan, dan senjata tajam (golok, tombak, dan bambu
run-cing) serta senjata buatan sendiri berupa botol berisi bensin yang
di-sumbat karet mentah yang disebut "krembing" (granat pembakar). Sedangkan
laskar rakyat didukung oleh Barisan Banteng pimpinan Haji Toha, Hisbullah
pimpinan Haji Akbar, dan Pesindo. Barisan laskar rakyat bersenjatakan
Kara-ben Jepang, pistol, dan bom molotov(Badan Pengelola Monumen: 20).

Sekitar pukul 15.00, konvoi tentara Sekutu datang. Konvoi di-dahului dengan
tank, panser wagon, 100 truk berisi pasukan Gurkha dan pembekalan, serta
dilindungi 3 pesawat terbang pemburu. Pada saat mendekati Bojong Kokosan
konvoi berhenti karena terhalang barikade yang dibuat para pejuang Sukabumi.
Adanya barikade ter-sebut membuat tentara Sekutu terlihat panik dan
bersiaga. Pada saat itulah, Kapten Murad, komandan kompi III memberi isyarat
dengan tembakan dua kali, sebagai tanda mulai penyerangan. Terjadilah
pertempuran sengit. Para pejuang segera melemparkan granat tangan, granat
krembing, dan tembakan. Serangan ini mengakibatkan korban jatuh di pihak
tentara Sekutu(wawancara dengan M. Sholeh Shafei, tanggal 12 Juni 1997).

Dalam situasi kacau, koman-dan tentara Sekutu berhasil meng-konsolidasi
pasukannya dan mengetahui lakasi pertahanan para pejuang Sukabumi. Tentara
Sekutu segera menembaki kubu-kubu pertahanan para pejuang dengan senjata
berat dari tank dan panser. Tanah tebing yang dijadikan kubu pertahanan
jebol dan longsor sehingga beberapa pejuang yang berada di kubu pertahanan
terjatuh ke jalan raya yang berada di bawahnya. Para pejuang yang jatuh
tersebut menjadi sasaran empuk senjata tentara Sekutu.

Dalam situasi yang tegang, tiba-tiba sebuah panser kecil berhenti di depan
salah satu kubub pertahanan. Panser tersebut berpenumpang dua orang. Salah
seorang memakai baret hitam dan seorang lagi memakai ubel-ubel yang
diperkirakan sebagai pim-pinan pasukan. Salah seorang penumpang keluar dari
kendaraan dan melihat sekelilingnya. Dia mengira situasi telah aman dan
dengan santai mengisap rokok cangklong sambil tertawa-tawa.



Tentara TRI yang berada di tebing mendapat perintah dari komandan seksi II
agar menembak tentara Sekutu yang memakai baret hitam. Tembakan mengenai
sasaran dengan tepat. Melihat temannya tertembak, tentara Sekutu yang berada
di dalam mobil berusaha menolong. Pada saat mereka turun dari mobil
diberondong oleh tembakan tentara TKR dan laskar rakyat.

Adanya kejadian tersebut, tentara Sekutu meningkatkan ke-waspadaan. Mereka
melakukan gerakan melambung dari samping dan belakang untuk mengurung dan
menyergap tentara TKR. Dengan demikian, kedudukan TKR menjadi terjepit dan
panik karena kehabisan peluru. Pada saat yang kritis, tiba-tiba turun hujan
lebat disertai kabut. Suasana menjadi gelap sehingga para pejuang berhasil
meloloskan diri dari kepungan tentara Sekutu. TKR seksi II yang dipimpin
Letnan Muda D. Kusnadi mundur ke arah Parungkuda. TKR seksi I yang dipimpin
Letda Mustar mundur ke arah perkampungan Bojong Kokosan atau sebelah utara
(sekitar 300 meter) dari medan pertempuran(Badan Pengelola Monumen: 22).

TKR yang bergerak mundur secara diam-diam diikuti oleh ten-tara Sekutu.
Tentara Sekutu naik ke atas bukit dan menembakkan mortir ke bekas pertahanan
TKR. Tembakan tersebut salah sasaran, bukannya mengenai para pejuang
melainkan mengenai tentara Sekutu sendiri. Korban pun jatuh di pihak tentara
Sekutu.

Pada saat hujan reda dan cuaca kembali cerah, terdengar bunyi peluit dari
tentara Sekutut sebagai tanda pertempuran telah selesai. Pada saat itu, sisa
tentara Sekutu yang ada segera naik ke kendaraan sambil membawa
rekan-rekannya yang telah menjadi korban. Tentara Sekutu meninggalkan
Bojong-kokosan menuju Sukabumi dan sepanjang perjalanan mereka me-nembakkan
senjata secara membabi buta(wawancara dengan M. Mohtar, tanggal 12 Juni
1997).

Setelah pertempuran di Bojong Kokosan berakhir, maka satu regu TKR memeriksa
bekas pertempuran. Setelah diperiksa ternyata TKR telah kehilangan 73 orang,
yaitu 28 orang gugur (pasukan yang menempati tebing bagian bawah pinggir
jalan seperti Suban dan Aceng), dan 45 orang gugur di sepanjang jalan Bojong
Kokosan. Tentara Sekutu yang gugur diperkirakan sebanyak 50 orang(Sumber:
Museum Bojong Kokosan).

Adanya tembakan tentara Sekutu yang dilakukan dalam gerakan menuju Sukabumi
dibalas oleh para pejuang Indonesia. Pertempuran terus berkobar sepanjang
jalur Bojong Kokosan sampai perbatasan Cianjur, seperti di Ungkrak,
Selakopi, Cikukulu, Situawi, Ciseureuh sampai Degung; dan Ngaweng, Cimahpar
di Pasekon Sukaraja sampai Gekbrong. Serangan terhadap tentara Sekutu
mendapat bantuan rakyat yang ada di sekitar daerah tersebut(Rusman Wijaya,
1996: 67).

Pada saat tentara Sekutu tiba di Sukabumi, Komandan tentara Sekutu segera
mengajak berunding para pemimpin TKR dan pe-merintah setempat, yaitu Letkol
Edi Sukardi (Komandan Resimen III), Bupati dan Walikota Sukabumi, dan Dr Abu
Hanifah. Tentara Sekutu minta dilakukan gencatan senjata. TKR dan pemerintah
setempat menyetujui usul tersebut dan menginstruksikan penghentian tembak
menembak. Pada kenyataannya, tentara Sekutu sendiri yang bertindak cu-rang
dengan tidak mentaati ke-sepakatan gencatan senjata. Pada tanggal 10
Desember 1945, tentara Sekutu membombandir kota Cibadak sebagai balas
dendam. Mereka dendam atas kekalahan pada pertempuran di Bojong Kokosan.

Tabel Kesalahan


Kata
Perbaikan
Alasan
krembing
Bom pembakar
Tidak ada dalam KBBI
ten-tara
Tentara
Kata tidak dipisah, maupun diberi spasi
pim-pinan
pimpinan
Kata tidak dipisah, maupun diberi spasi
ter-sebut
tersebut
Kata tidak dipisah, maupun diberi spasi
koman-dan
Komandan
Kata tidak dipisah, maupun diberi spasi
ubel-ubel
-
Tidak ada dalam KBBI
pe-merintah
pemerintah
Kata tidak dipisah, maupun diberi spasi

Sumber

Kamis, 04 Juli 2013

Tulisan Tugas Ke 4 Softskill

BUDAYA ORGANISASI 

Pengertian dan Fungsi Budaya Organisasi

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Budaya organisasi dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku dan harus menjadi patokan dalam setiap program pengembangan organisasi dan kebijakan yang diambil. Hal ini terkait dengan bagaimana budaya  itu mempengaruhi organisasi dan bagaimana suatu budaya itu dapat dikelola oleh organisasi. Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
a.      Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b.      Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c.       Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d.      Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
e.      Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
f.        Schein (1992) memandang budaya organisasi sebagai suatu pola asumsi-asumsi mendasar yang dipahami bersama dalam sebuah organisasi terutama dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pola-pola tersebut menjadi sesuatu yang pasti dan disosialisasikan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi. Lebih jauh lagi Schein menggambarkan adanya tiga tingkatan atau lapisan budaya organisasi, yaitu :
1.      Artifak (Artifacts)
Artifak merupakan tingkat budaya yang tampak dipermukaan. Termasuk dalam artifak adalah semua fenomena yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan Ketika seseorang memasuki sebuah kelompok dengan budaya yang masin asing baginya. Termasuk dalam artifak juga adalah produk yang tampak (visible products) dari organisasi seperti rancangan lingkungan fisik, bahasa, teknologi, produk, kreasi artistik, gaya dalam berbusana, pengungkapan emosi, mitos dan cerita tentang organisasi, nilai-nilai organisasi yang dipublikasikan, ritual, perayaan-perayaan.
2.      Nilai-nilai yang diyakini (expoused values)
Dalam organisasi terdapat nilai-nilai tertentu yang umumnya dicanangkan oleh tokoh-tokoh seperti pendiri dan pemimpinnya, yang menjadi pegangan dalam menekankan ketidakpastian pada bidang-bidang yang kritis. Nilai-nilai itu menjadi sesuatu yang tidak lagi didiskusikan dan didukung oleh perangkat keyakinan, norma serta aturan-aturan operasional mengenai perilaku dalam organisasi Hal-hal tersebut membentuk suatu kesadaran dan secara eksplisit diucapkan serta dilakukan karena telah berfungsi sebagai norma atau moral yang memandu anggota organisasi dalam menghadapi situasi tertentu dan melatih anggota Baru.
3.      Asumsi-asumsi dasar (basic assumptions)
Merupakan asumsi-asumsi dasar yang telah ada sebelumnya (taken for granted) dan menjadi panduan perilaku bagi anggota organisasi dalam memandang suatu permasalahan. Jika asumsi dasar dipegang teguh, maka anggota organisasi akan merumuskan perilaku berdasarkan pada kesepakatan-kesepakatan yang berlaku. Asumsi-asumsi dasar cenderung untuk tidak dipertentangkan atau diperdebatkan dan cenderung sangat sulit diubah.

FUNGSI BUDAYA ORGANISASI :
a.      Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b.      Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c.       Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d.      Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e.      Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

Tipologi Budaya Organisasi

Beranjak dari aneka definisi, lapisan, dan perspektif dalam memandang budaya organisasi, maka muncul aneka ragam tipologi budaya organisasi. Tujuan tipologi ini menunjukkan aneka budaya organisasi yang mungkin ada di realitas. Kajian mengenai tipologi budaya organisasi ini sangat bervariasi. 
Tipologi budaya organisasi dapat diturunkan dari tipologi organisasi. Amitai Etzioni membagi tipe organisasi dengan membuat tabulasi silang antara jenis kekuasaan dengan jenis keterlibatan individu di dalam organisasi. Jenis kekuasaan ia bagi menjadi Koersif, Remuneratif, dan Normatif sementara jenis keterlibatan ia bagi menjadi Alienatif, Kalkulatif, dan Moral.Tabel dari tabulasi silang tersebut sebagai berikut:

JENIS KEKUASAAN
JENIS KETERLIBATAN
Alienatif
Kalkulatif
Moral
Koersif
1
2
3
Remuneratif
4
5
6
Normatif
7
8
9

Jenis Kekuasaan. Koersif adalah kuasa dalam organisasi yang muncul dari penghukuman fisik atau ancaman penghukuman fisik. Remuneratif muncul dari kendali atas sumber daya dan reward material. Normatif muncul dari distribusi dan manajemen reward serta penalti simbolik.
Keterlibatan. Adalah kecenderungan evaluatif dan emosional dari para aktor terhadap suatu tindakan. Alienatif adalah keterlibatan yang sangat tidak disetujui. Kalkulatif adalah keterlibatan yang lemah baik itu setuju atau tidak setuju. Moral adalah keterlibatan yang sangat disetujui.
Etzioni yakin bahwa cenderung akan ada perimbangan antara keterlibatan dan power dalam suatu organisasi sehingga pola budaya suatu organisasi adalah persilangan antara kedua konsep tersebut. Menurut Etzioni, tipe kombinasi yang paling sering muncul dalam realitas organisasi adalah Koersif-Alienatif, Remuneratif-Kalkulatif, danNormatif-Moral yang pada tabel di atas ada dalam domain 1, 5, dan 9. Etzioni melanjutkan bahwa ketiga domain tersebut merupakan tipe organisasi yang paling efektif. Dari hasil tabulasi silangnya, Etzioni kemudian mengajukan tipologi organisasinya yaitu : Organisasi Koersif, Organisasi Utilitarian,dan Organisasi Normatif.

Organisasi Koersif adalah organisasi di mana para anggotanya terperangkap dalam alasan fisik dan ekonomi sehingga harus mematuhi apapun peraturan yang ditimpakan oleh otoritas. Organisasi Utilitiarian adalah organisasi di mana para anggota dimungkinkan untuk bekerja yang adil untuk hasil yang adil pula serta adanya kecenderungan untuk mematuhi beberapa aturan yang esensial di samping para pekerja menyusun norma dan aturan yang melindungi diri mereka sendiri. Organisasi Normatif adalah organisasi di mana para individunya memberi kontribusi pada komitmen karena menganggap organisasi adalah sama dengan tujuan diri mereka sendiri. 
Tipologi Etzioni memungkinkan peneliti membedakan antara organisasi bisnis yang cenderung Utilitarian, organisasi Koersif seperti penjara dan rumah sakit jiwa, ataupun organisasi Normatif seperti sekolah, rumah sakit dan lembaga-lembaga nirlaba. 
Tipologi lainnya diajukan oleh Rob Goffee and Gareth Jones yang membagi tipologi budaya organisasi ke dalam 4 kuadran yaitu : Networked, Fragmented, Mercenary, dan Komunal. Rincian kuadran tipologi Budaya Organisasi Goffee and Jones .

Tipologi Goffee and Jones didasarkan pada 2 konsep yaitu: Solidaritas dan Sosiabilitas. Solidaritas adalah kecenderungan untuk saling dukung sementara Sosiabilitas adalah kecenderungan untuk berhubungan satu dengan lainnya. Dalam kajiannya, tipologi Goffee and Jones diukur lewat kuesioner yang terdiri atas 23 pertanyaan. 
Fragmented adalah tipe budaya organisasi yang rendah baik dimensi Sosiabilitas maupun Solidaritasnya.Mercenary adalah tipe budaya organisasi dengan Solidaritas tinggi, sementara Sosiabilitas rendah. Komunal adalah tipe budaya organisasi dengan Sosiabilitas tinggi, sementara Solidaritas rendah. Akhirnya, Networked adalah tipe budaya organisasi dengan Sosiabilitas dan Solidaritas tinggi. 
Tipologi Goffee and Jones cukup bermanfaat dalam mendiagnosis sejumlah elemen dalam suatu budaya organisasi kendati kekurangan dua dimensi pokok dalam budaya organisasi: hubungan antara organisasi dengan lingkungan eksternal dan batasan fungsi manajemen. 
Tipologi budaya organisasi lainnya dibuat oleh dua peneliti Kim S. Cameron and Robert E. Quinn. Keduanya membagi tipologi organisasi ke dalam 4 kuadran yaitu : Klan, Hirarki, Adokrasi,dan Market-Oriented. Kuadran dari tipologi Cameron and Quinn.

Cameron and Quinn berbeda dengan Goffee and Jones karena menyertakan kalkulasi masalah eksternal organisasi. Tipologi ini dibangun lewat kerangka nilai-nilai yang berkembang di dalam budaya suatu organisasi dan sebab itu disebut pula sebagai “Competing Value Model.” Cameron and Jones telah mengembangkan alat ukur khusus untuk mengukur tipologi di atas dan terkenal dengan sebutan OCAI (Organizational Culture Assessment Instrument). 
Alat ukur OCAI tersebut terdiri dari 24 item pertanyaan dengan 6 indikator. Keenam indikator tersebut adalah: 
Karakteristik-karakteristik dominan organisasi;
Kepemimpinan organisasi.
Manajemen pegawai.
Perekat organisasi.
Titik tekan strategis.  dan
Kriteria keberhasilan organisasi.
Berdasarkan kombinasi atas keenam indikator organisasi tersebut, Cameron and Quinn membuat empat tipologi budaya organisasinya.
Klan adalah budaya organisasi yang merupakan tempat paling ramah dan bersahabat untuk bekerja. Para anggota organisasi saling berbagi kehidupan antar sesamanya. Ia mirip dengan keluarga di luar rumah. Pemimpin, atau kepala organisasi, dipandang selaku mentor dan mungkin juga figur orang tua. Organisasi terbangun atas loyalitas dan tradisi. Komitmen para anggota terhadap organisasi cukup tinggi. Di samping itu, organisasi menekankan pada keuntungan jangka panjang dari pembangunan sumber daya manusia dan sangat memperhatikan kohesi organisasi dan moral. Kesuksesan didefinisikan dalam pengertian sensitivitas pada penikmat jasa dan perhatian pada orang lain.  Organisasi Klan menempatkan kerja tim, keterlibatan anggota, dan konsensus pada prioritas tertinggi.
Adokrasi merupakan tempat bekerja yang dinamis, kewirausahawanan, dan kreatif. Para anggota bersikap waspada dan bersedia mengambil resiko. Pemimpin dianggap selaku inovator dan pengambil resiko. Organisasi direkatkan oleh komitmen atas inovasi dan eksperimentasi. Penekanan Adokrasi adalah membawa organisasi menjadi perintis atau pionir. Penekanan jangka panjang organisasi adalah pada perkembangan dan pencarian sumber-sumber daya baru. Kesuksesan diartikan sebagai pencapaian keunikan jasa dan produk-produk baru. Sebab itu, selalu menjadi pemimpin dalam produksi atau pelayanan adalah nilai terpenting bagi organisasi yang memiliki budaya Adokrasi.  Organisasi juga menghendaki inisiatif dan kebebasan individual. 
Market juga disebut organisasi yang berorientasi hasil, di mana concern utamanya adalah bagaimana pekerjaan dituntaskan. Para anggota cenderung kompetitif dan berorientasi tujuan. Pemimpin adalah pengarah yang ketat, produser, sekaligus kompetitor. Mereka zakelijk dan penuntut. Reputasi dan kesuksesan adalah concern-nya. Fokusnya pada  jangka panjang adalah pemenuhan tujuan serta tindakan kompetitif yang terukur. 
Hirarki adalah organisasi yang bersifat formal dan terstruktur. Prosedur-prosedur adalah pengatur yang utama seputar apa yang orang harus lakukan. Pemimpin bangga jika diri mereka mampu menjadi organisator dan koordinator yang baik, dengan kecenderungan pada efisiensi. Bagaimana organisasi berjalan lancar adalah sesuatu yang kritis bagi Hirarki. Aturan-aturan serta kebijakan-kebijakan formal yang membuat ikatan dalam organisasi. Fokus jangka panjang adalah pada stabilitas dan kinerja yang efisien dan kelancaran operasi. Kesuksesan didefinisikan dalam istilah penjadualan yang lancar, biaya rendah, dan pengantaran yang teratur. Manajemen pekerja concern pada keamanan pekerjaan dan prediktabilitas. 

Daftar Pustaka :
http://dhino-ambargo.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-fungsi-budaya-organisasi.html