Seperti yang kita ketahui, bahwa majunya Jokowi
sebagai calon presiden menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat luas.
Ada beberapa alasan yang dipaparkan oleh mereka yang tidak mendukung Jokowi
sebagai bakal capres 2014. Yang menurut saya hampir semua alasan tersebut
adalah opini semata, masih berupa kemungkinan, yang tidak diketahui pasti
kebenarannya. Berikut beberapa alasan mereka yang tidak mendukung Jokowi :
1. “Jokowi
dinilai hanya mendongkrak kepopularitasan dengan mendompleng Esemka”.
Saya langsung teringat kata salah seorang motivator
di Indonesia, bahwa “akan ada pembenci untuk setiap kebaikan”. Popularitas apa
yang beliau bangun dengan menggunakan mobil buatan anak negeri ini, kaitannya
dengan beliau menjadi calon presiden 2014? Malah harusnya kita sebagai masyarakat
Indonesia bangga dengan sosok seperti beliau, ditengah pesatnya perkembangan
teknologi, beliau memilih menjadikan Esemka sebagai mobil dinas walikota solo.
Dan sampai hari ini dengan status sebagai gubernur DKI Jakarta pun beliau masih
setia menggunakan mobil buatan anak negeri ini. Ini menunjukkan bahwa tidak ada
tujuan lain dari beliau selain benar-benar mencoba mengapresiasi serta
menunjukkan kepada masyarakat Indonesia, bahwa produk dalam negeri tidak
seperti apa yang mereka pikir selama ini. Sekalipun memang benar bahwa Esemka
dijadikan dompleng untuk mendongkrak popularitas, saya rasa tidak ada salahnya.
Apakah ini melanggar norma? Melanggar hukum? Kan tidak. Malah ini menunjukkan
bahwa beliau adalah orang yang visioner, mampu berpikir kedepan, dan itu
menjadi modal penting bagi setiap orang yang hendak menjadi pemimpin.
Setidaknya hal ini lebih mulia dan lebih masuk akal ketimbang mendongkrak
popularitas dengan menjadi orang kepo sedunia mengkritik sana sini melalui
jejaring sosial tanpa maksud yang jelas lalu dengan bangga mendeklarasikan diri
sebagai calon presiden. Ha ha ha. Konyol!
2. “Mudah
mengkhianati amanah yang telah diberikan oleh rakyatnya.”
Alasan ini timbul karena Jokowi seringkali belum
menyelesaikan tanggung jawabnya terhadap satu jabatan lalu melompat ke jabatan
yang lebih tinggi. Dua periode menjadi walikota solo dan pada periode kedua di
dua tahun masa jabatannya beliau mencalonkan sebagai gubernur Jakarta, dan
sekarang setelah menjabat kurang lebih 1,5 tahun beliau dicalonkan sebagai capres.
Diperiode pertama sebagai walikota solo beliau menyelesaikan jabatannya dengan
sempurna. Dan pada periode kedua mencalonkan sebagai gubernur Jakarta, saya
merasa bahwa apa yang dilakukan Jokowi selama menjabat sebagai walikota solo
selama 7 tahun, sudah cukup menjadi pedoman bagi pemerintahan solo berikutnya
khususnya bagi Hadi Rudyatmo sehingga tidak perlu ada kecemasan, yang memang
hal tersebut tidak terjadi. Dan saat ini setelah menjabat sebagai gubernur DKI
beliau mencalonkan sebagai capres. Untuk seorang Jokowi yang melakukan hal
tersebut saya rasa memang pantas. Karena pemimpin yang dibutuhkan oleh negara
ini adalah mereka yang masih muda yang mampu berpikir lebih tajam, serta
kritis. Lagipula dengan menjadi presiden nantinya maka perubahan tidak hanya
dirasakan masyarakat Jakarta, tetapi selurh masyarakat Indonesia. Kalau mau
menunggu sampai selesainya jabatan Jokowi sebagai gubernur, artinya beliau
harus menunggu 6 tahun lagi untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Dengan
kata lain, setelah beliau berusia 59 tahun. Ini terlalu lama menurut saya,
takutnya malah elektabilitas seorang Jokowi menurun pada saat itu, menjadi
capres saat ini dengan usia yang tergolong muda merupakan langkah yang tepat
untuk sebuah perubahan.
3. “Hanya
menjadi wayang atau boneka saja.”
Ini adalah alasan yang paling mendasar bagi mereka
yang tidak setuju dengan pencapresan jokowi. Katanya Jokowi hanya akan
dijadikan boneka bagi orang yang berada dibelakangnya. Memangnya Jokowi sepolos
itu ya? Saya juga tidak begitu paham mengapa hanya karena beliau mendapat
mandat dari pemimpin partainya lantas di judge pasti akan menjadi boneka
belaka. Pengalaman dalam dunia pemerintahan serta kepercayaan dari masyarakat
Solo, Jakarta, serta seluruh orang-orang yang pro terhadap beliau cukup untuk
menjadi pertimbangan beliau dalam menjalankan pemerintahan maupun mengeluarkan
keputusan. Dan saya yakin beliau bukan merupakan tipe orang yang suka berdiri
diatas, maupun tipe orang yang suka membeda-bedakan (memihak kelompok-kelompok
tertentu), kesamarataan dan kesederhanaan tetap menjadi ciri khas Jokowi.
Diatas hanya beberapa contoh alasan yang menurut
saya masih sekedar opini, atau kemungkinan yang belum terbukti secara faktual,
dan masih banyak lagi yang lainnya. Saya hanya ingin menyampaikan mungkin benar
bahwa Jokowi belum bisa menjadi pilihan terbaik Indonesia saat ini, tetapi
setidaknya beliau adalah pilihan teraman bangsa Indonesia saat ini.
Sumber : http://media.kompasiana.com/buku/2014/04/26/jokowi-for-presiden-let-it-be-651541.html