Sukabumi
merupakan daerah perkebunan yang menguntungkan dan dapat dijadikan
sebagai
benteng pertahanan yang baik bagi Belanda/NICA. Oleh karena itu,
para
pejuang Sukabumi berusaha mempertahankan Sukabumi dengan sekuat tenaga
agar tidak
jatuh ke tangan Belanda. Komandan Resimen III, Letkol Edi Sukardi
memberikan
instruksi untuk berdislokasi pasukan, yaitu batalyon yang
berkedudukan
di kota Sukabumi dipindahkan ke luar kota atas dasar strategis
dan teknis
pertempuran.
Pertempuran
pertama antara tentara Sekutu dengan para pejuang Sukabumi
terjadi di
daerah Gekbrong. Pertempuran terjadi karena adanya serangan para
pejuang
Sukabumi terhadap konvoi Sekutu/NICA yang menuju Bandung. Akibat
serangan
itu, tentara Sekutu dan NICA kembali datang ke Sukabumi dengan
konvoi
besar sebanyak kurang lebih 100 truk(Badan Pengelola Monumen Pa-lagan
Perjuangan
1945, 1986: 15).
TKR
dan laskar rakyat yang mengetahui akan kedatangan tentara Sekutu,
berkumpul
di daerah Gekbrong sekitar 10.000 orang. Pada pukul satu siang di
daerah
Pancuran Luhur (tidak jauh dari Gekbrong) terjadi pertempuran sengit
antara
pejuang Sukabumi melawan tentara Sekutu. Pertempuran berlangsung
sampai
pukul 17.00 sore. Akibat perbedaan senjata menyebabkan para pejuang
Sukabumi
tidak dapat menahan serangan Sekutu. Untuk meng-hindari korban yang
lebih
banyak, TRI dan laskar rakyat mundur dan membiarkan tentara Sekutu
me-lanjutkan
perjalanan ke arah Bogor(wawancara dengan Mohtar K, tanggal 12
Juni
1997).
Pertempuran
terus merembet ke daerah lain. Pada tanggal 2 Desember 1945
mulai
terjadi pertempuran di daerah Bojong Kokosan. Pada tanggal 9 Desember
1945,
para pejuang Sukabumi melakukan penghadangan terhadap konvoi tentara
Sekutu
sehingga terjadi pertempuran yang dasyat. Pertempuran ini dikenal
sebagai
Peristiwa Bojong Kokosan, yang menimbulkan korban yang banyak
dikedua
belah pihak.
Peristiwa
di atas terjadi, berawal dari adanya berita yang diterima para
pejuang
Sukabumi di Pos Cigombong, bahwa tentara Sekutu sedang menuju
Sukabumi.
Mendengar berita tersebut, Kompi III yang dipimpin Kapten Murad
dan
kepala seksi I dan seksi II serta laskar rakyat Sukabumi berusaha
menduduki
tempat pertahanan di pinggir (tebing) utara dan selatan Jalan Bojong Kokosan.
Barisan
TKR yang ikut terlibat dalam peristiwa Bojong Kokosan diperkuat 165
orang
yang bersenjata senapan Ediston/ Hamburg, Bou-man/Double Loap, Pistol
Parabelm,
granat tangan, dan senjata tajam (golok, tombak, dan bambu
run-cing)
serta senjata buatan sendiri berupa botol berisi bensin yang
di-sumbat
karet mentah yang disebut "krembing" (granat pembakar). Sedangkan
laskar
rakyat didukung oleh Barisan Banteng pimpinan Haji Toha, Hisbullah
pimpinan
Haji Akbar, dan Pesindo. Barisan laskar rakyat bersenjatakan
Kara-ben
Jepang, pistol, dan bom molotov(Badan Pengelola Monumen: 20).
Sekitar
pukul 15.00, konvoi tentara Sekutu datang. Konvoi di-dahului dengan
tank,
panser wagon, 100 truk berisi pasukan Gurkha dan pembekalan, serta
dilindungi
3 pesawat terbang pemburu. Pada saat mendekati Bojong Kokosan
konvoi
berhenti karena terhalang barikade yang dibuat para pejuang Sukabumi.
Adanya
barikade ter-sebut membuat tentara Sekutu terlihat panik dan
bersiaga.
Pada saat itulah, Kapten Murad, komandan kompi III memberi isyarat
dengan
tembakan dua kali, sebagai tanda mulai penyerangan. Terjadilah
pertempuran
sengit. Para pejuang segera melemparkan granat tangan, granat
krembing,
dan tembakan. Serangan ini mengakibatkan korban jatuh di pihak
tentara
Sekutu(wawancara dengan M. Sholeh Shafei, tanggal 12 Juni 1997).
Dalam
situasi kacau, koman-dan tentara Sekutu berhasil meng-konsolidasi
pasukannya
dan mengetahui lakasi pertahanan para pejuang Sukabumi. Tentara
Sekutu
segera menembaki kubu-kubu pertahanan para pejuang dengan senjata
berat
dari tank dan panser. Tanah tebing yang dijadikan kubu pertahanan
jebol
dan longsor sehingga beberapa pejuang yang berada di kubu pertahanan
terjatuh
ke jalan raya yang berada di bawahnya. Para pejuang yang jatuh
tersebut
menjadi sasaran empuk senjata tentara Sekutu.
Dalam
situasi yang tegang, tiba-tiba sebuah panser kecil berhenti di depan
salah
satu kubub pertahanan. Panser tersebut berpenumpang dua orang. Salah
seorang
memakai baret hitam dan seorang lagi memakai ubel-ubel yang
diperkirakan
sebagai pim-pinan pasukan. Salah seorang penumpang keluar dari
kendaraan
dan melihat sekelilingnya. Dia mengira situasi telah aman dan
dengan
santai mengisap rokok cangklong sambil tertawa-tawa.
Tentara
TRI yang berada di tebing mendapat perintah dari komandan seksi II
agar
menembak tentara Sekutu yang memakai baret hitam. Tembakan mengenai
sasaran
dengan tepat. Melihat temannya tertembak, tentara Sekutu yang berada
di
dalam mobil berusaha menolong. Pada saat mereka turun dari mobil
diberondong
oleh tembakan tentara TKR dan laskar rakyat.
Adanya
kejadian tersebut, tentara Sekutu meningkatkan ke-waspadaan. Mereka
melakukan
gerakan melambung dari samping dan belakang untuk mengurung dan
menyergap
tentara TKR. Dengan demikian, kedudukan TKR menjadi terjepit dan
panik
karena kehabisan peluru. Pada saat yang kritis, tiba-tiba turun hujan
lebat
disertai kabut. Suasana menjadi gelap sehingga para pejuang berhasil
meloloskan
diri dari kepungan tentara Sekutu. TKR seksi II yang dipimpin
Letnan
Muda D. Kusnadi mundur ke arah Parungkuda. TKR seksi I yang dipimpin
Letda
Mustar mundur ke arah perkampungan Bojong Kokosan atau sebelah utara
(sekitar
300 meter) dari medan pertempuran(Badan Pengelola Monumen: 22).
TKR
yang bergerak mundur secara diam-diam diikuti oleh ten-tara Sekutu.
Tentara
Sekutu naik ke atas bukit dan menembakkan mortir ke bekas pertahanan
TKR.
Tembakan tersebut salah sasaran, bukannya mengenai para pejuang
melainkan
mengenai tentara Sekutu sendiri. Korban pun jatuh di pihak tentara
Sekutu.
Pada
saat hujan reda dan cuaca kembali cerah, terdengar bunyi peluit dari
tentara
Sekutut sebagai tanda pertempuran telah selesai. Pada saat itu, sisa
tentara
Sekutu yang ada segera naik ke kendaraan sambil membawa
rekan-rekannya
yang telah menjadi korban. Tentara Sekutu meninggalkan
Bojong-kokosan
menuju Sukabumi dan sepanjang perjalanan mereka me-nembakkan
senjata
secara membabi buta(wawancara dengan M. Mohtar, tanggal 12 Juni
1997).
Setelah
pertempuran di Bojong Kokosan berakhir, maka satu regu TKR memeriksa
bekas
pertempuran. Setelah diperiksa ternyata TKR telah kehilangan 73 orang,
yaitu
28 orang gugur (pasukan yang menempati tebing bagian bawah pinggir
jalan
seperti Suban dan Aceng), dan 45 orang gugur di sepanjang jalan Bojong
Kokosan.
Tentara Sekutu yang gugur diperkirakan sebanyak 50 orang(Sumber:
Museum
Bojong Kokosan).
Adanya
tembakan tentara Sekutu yang dilakukan dalam gerakan menuju Sukabumi
dibalas
oleh para pejuang Indonesia. Pertempuran terus berkobar sepanjang
jalur
Bojong Kokosan sampai perbatasan Cianjur, seperti di Ungkrak,
Selakopi,
Cikukulu, Situawi, Ciseureuh sampai Degung; dan Ngaweng, Cimahpar
di
Pasekon Sukaraja sampai Gekbrong. Serangan terhadap tentara Sekutu
mendapat
bantuan rakyat yang ada di sekitar daerah tersebut(Rusman Wijaya,
1996:
67).
Pada
saat tentara Sekutu tiba di Sukabumi, Komandan tentara Sekutu segera
mengajak
berunding para pemimpin TKR dan pe-merintah setempat, yaitu Letkol
Edi
Sukardi (Komandan Resimen III), Bupati dan Walikota Sukabumi, dan Dr Abu
Hanifah.
Tentara Sekutu minta dilakukan gencatan senjata. TKR dan pemerintah
setempat
menyetujui usul tersebut dan menginstruksikan penghentian tembak
menembak.
Pada kenyataannya, tentara Sekutu sendiri yang bertindak cu-rang
dengan
tidak mentaati ke-sepakatan gencatan senjata. Pada tanggal 10
Desember
1945, tentara Sekutu membombandir kota Cibadak sebagai balas
dendam.
Mereka dendam atas kekalahan pada pertempuran di Bojong Kokosan.
Tabel
Kesalahan
Kata
|
Perbaikan
|
Alasan
|
krembing
|
Bom pembakar
|
Tidak
ada dalam KBBI
|
ten-tara
|
Tentara
|
Kata tidak
dipisah, maupun diberi spasi
|
pim-pinan
|
pimpinan
|
Kata tidak
dipisah, maupun diberi spasi
|
ter-sebut
|
tersebut
|
Kata tidak
dipisah, maupun diberi spasi
|
koman-dan
|
Komandan
|
Kata tidak
dipisah, maupun diberi spasi
|
ubel-ubel
|
-
|
Tidak
ada dalam KBBI
|
pe-merintah
|
pemerintah
|
Kata tidak
dipisah, maupun diberi spasi
|
Sumber